Seniman Indonesia Rustamadji
Rustamadji dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 19 Januari 1921. Memulai karier melukis sejak tahun 1938 yang ditempuh dengan cara belajar sendiri. Tahun 1942 - 1947, ia bermukim di kota Malang, Jawa Timur. Dalam tahun 1948 s/d 1955 tinggal di Yogyakarta dan bergabung dengan kawan-kawannya seperti S. Soedjojono, Batara Lubis, Hendra Gunawan almarhum, Soedarso dan lainnya dalam sebuah sanggar. Pada tahun 1952, bersama dengan kawan lainnya mengadakan pameran keliling Indonesia atas sponsor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kemudian tahun 1956 sampai dengan 1968 bersama keluarganya bermukim di Jakarta.
Sejak tahun 1968 bersama keluarganya kembali hidup dan berkarya dikampungnya sendiri Klaten, Jawa Tengah hingga sekarang ini. Disamping melukis, juga membuat karya-karya patung, pada suatu ketika di tahun 1962 timbul inspirasinya untuk melukiskan bulan purnama, maka untuk keperluan itu dia mengasah batu membuat teropong bulan dengan cara yang sederhana maka kemudian bulan pun dilukisnya. Dalam proses melukis bulan itulah Rustamadji kemudian merasa sanggat dekat dengan Tuhan Yang Maha Kuasa seru sekalian alam semesta, yang telah melimpahkan rahmat, rezeki, nikmat, bakat sepanjang kehidupan. Sebagai perkembangan lebih lanjut maka tahun 1965-1971 dalam mendalami hidup, mengalami terbukanya hijab sehingga dia telah banyak menulis tentang ‘ketuhanan’ mencapai berjilid-jilid jumlah dalam bentuk stensilan atau cetakan yang sangat sederhana dan buku tersebut kemudian dibagikan kepada sahabat-sahabat dekatnya.
Salah satu karyanya yang berjudul ‘Pohon Nangka’ telah dikoleksi oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno, yang kemudian digantungkan dalam buku seni lukis Indonesia Koleksi Bung Karno pada penerbitan pertama edisi II. Lukisannya yang lain telah menjadi koleksi Adam Malik, Joop Ave, Yakob Utama serta kolektor lainnya. Karya-karya patung yang pernah dibuatnya antara lain ‘Hamengku Buwono IX’ dibuat dengan bahan batu gunung, merupakan patung besar yeng berukuran lebih kurang 0,75 x 120 cm, karya tersebut diserahkan kepada Museum Sono Budoyo Yogyakarta. Sebuah patung kecil ‘Potret Diri’ Direktorat Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian ditempatkan pada Museum seni rupa Fatahillah Jakarta.
Bersama rekan-rekan pematung lainnya, pernah menggarap karya monumental ‘Tugu Muda’ yang dikerjakan pada tahun 1953 di Semarang, kemudian mengerjakan bass relief dan patung di Museum Corp Polisi Militer di Jakarta pada tahun 1954. Dalam tahun 1958 mengerjakan patung ‘Wage Rudolf Soepratman’ dengan bahan batu, hingga kini patung tersebut masih terpasang di halaman Sekolah Musik Indonesia di Yogyakarta. Karya patung ‘Erlangga’ yang di buat pada tahun 1962 dengan bahan perunggu, hingga saat ini masih terpasang megah di halaman dalam Hotel Indonesia. Setelah selesai mengerjakan patung ‘Erlangga’ kesehatannya terganggu sehingga sanggat jarang keluar rumah yang menyebabkan hubungan dengan rekan-rekan seniman lainnya agak terganggu.
Kendati demikian dengan sisa tenaga dan kemampuan yang dimiliki dia terus melukis dengan tekun sekalipun tak pernah terbayang kemungkinan untuk mengadakan pameran. Satu demi satu karyanya diselesaikan kemudian dinikmatinya sendiri sebelum disimpan hingga mencapai jumlah 50 lukisan yang di buat dari bahan cat minyak diatas kanvas dalam berbagai ukuran kecil (40 x 50 cm) dan ukuran besar (210 x 390 cm). Selama hampir 23 tahun sejak tahun 1958 - 1981, Rustamadji seolah-olah hidupnya terasing dan terpencil agaknya terlepas dari barisan parade seni rupa Indonesia yang teramat riuh pertumbuhannya pada saat itu. Barulah pada bulan Agustus 1981. Muncul kembali dengan pameran tunggalnya yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki.
0 komentar:
Posting Komentar